Jakarta, CNN Indonesia -- Tak pernah terpikir dalam benak bahwa di balik spanduk pecel lele dan ayam bertulis "khas Lamongan" yang tersebar di berbagai tepi jalan itu ternyata punya cerita tersendiri. Spanduk, yang rata-rata berwarna ngejreng dan 'norak' itu faktanya berfungsi bukan hanya penanda dagangan, tapi juga karya seni, bentuk komunikasi non-verbal, hingga identitas sosial dan budaya si pemiliknya. Spanduk pecel lele yang khas Lamongan itu pun memiliki kisah lebih dari tiga dekade, mengalami evolusi seni namun masih bertahan dengan identitas kedaerahan yang kental. Spanduk ngejreng itu juga menyuarakan kebanggaan akan asal-usul, menarik sesama latar belakang, serta faktor datangnya uang. Kami pun menelusuri soal spanduk tersebut lebih jauh dari gapaian spatula si tukang pecel di wajan penuh minyak. Alkisah, menu pecel ayam dan lele baru muncul di Lamongan di akhir dekade '70-an. Sebagai barang dagang, menu ini hit di dekade '80-an. Perkembangan ini membawa dampak lain, yaitu merebaknya spanduk warung pecel yang berfungsi sebagai penutup dan penanda.Namun uniknya, perkembangan spanduk pecel ini memiliki pola yang khas, yaitu dengan gaya dan pewarnaan yang sama tanpa sengaja. Seolah, masyarakat Lamongan kala itu satu jiwa satu pemikiran. "Era 1990-an sudah banyak yang punya rasa seni. Ada yang enggak bisa sama sekali sampai bisa, ada yang memang suka gambar. Seperti saya suka gambar sejak sekolah," kata Hartono, salah seorang pembuat spanduk pecel Lamongan sejak 1994. Hartono sendiri semula pedagang pecel lele yang gantung wajan pada 2008 kala pendapatan dari spanduk pecel ternyata jauh lebih menggiurkan, mulai dari belasan hingga puluhan juta rupiah per bulan. Hartono tengah menggambar spanduk pecel lele Lamongan. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) | Bila bisa dirangkum, spanduk pecel khas Lamongan memiliki ciri menggunakan warna hijau muda, oranye, kuning, dan jambon; nama warung di bagian atas punya tiga gradasi warna: merah, oranye, kuning; ada bordir bingkai di tepi spanduk; dan mutlak punya gambar hewan sesuai menu makanan.Pun spanduk pecel Lamongan memiliki ciri khas yaitu dilukis. Sebenarnya ada pula spanduk pecel asal Brebes yang sama-sama dilukis, namun bedanya dengan Lamongan adalah mayoritas spanduk Brebes tidak terdapat gambar hewan dan hanya menggunakan warna merah serta biru. Seiring dengan berjalannya waktu, spanduk pecel ini menyebar ke seluruh Indonesia dan dibuat oleh beragam orang, namun masih memiliki ciri yang sama dan menjadi ikon tersendiri. "Karena selain untuk pemasaran, spanduk itu juga identitas kami. Kebanyakan yang bisa membuat spanduk lukis juga orang Lamongan. Walau ada pedagang dan penjual yang bukan orang Lamongan," kata Trisno, pembuat spanduk pecel Lamongan lainnya yang sudah menjual dari Aceh hingga Papua. "Kami ada komunitas di Facebook, namanya Komunitas Spanduk Lukis Lamongan. Sekarang berubah menjadi Komunitas Pecel Lele Lamongan," kata Trisno. Kesadaran ikon itu juga disadari oleh desainer lini busana Kamengski, Sulaiman Said yang kemudian mengangkatnya menjadi koleksi khusus karyanya. Peminatnya pun banyak. Trisno, pengrajin dari Lamongan meyakini spanduk juga sebagai identitas. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama) | "Ada yang komentar di Instagram, katanya orang Lamongan harus beli. Ada juga yang nanya kalau orang Lamongan yang beli dapat diskon apa enggak," kata Said mengingat komen di akun instagram @kamengski_stuff.Walau dianggap telah menjadi ikon tersendiri, akademisi komunikasi visual Universitas Padjadjaran meragukan spanduk tersebut adalah khas dan identitas Lamongan. "Saya tidak melihat spanduk itu sebagai kekhasan Lamongan. Spanduk itu diklaim sebagai khas karena mayoritas pedagang adalah orang Lamongan," kata Sandi. Tapi, Sandi tak menampik bila kemunculan spanduk pecel Lamongan ini menunjukkan kecerdasan budaya dari masyarakat kota di Jawa Timur tersebut. Apalagi nyaris semua pengrajin belajar secara autodidak. "Itu pengetahuan lokal yang sebenarnya dasar pengetahuan mainstream dalam desain. Pengetahuan mereka dari dulu setara dengan pengetahuan saat ini," kata Sandi. Di balik lezatnya pecel ayam atau lele Lamongan yang disantap di malam hari, CNNIndonesia.com mengangkat keunikan spanduk pecel ini dalam fokus Makna Ngejreng Spanduk Pecel Lamongan, mengisahkannya dari sudut pandang para pengrajin dan dari berbagai sisi. Keunikan spanduk pecel Lamongan ini sejatinya adalah bukti bahwa masyarakat Indonesia memiliki rasa seni dan budaya yang tinggi, dan melekat dalam kehidupan sehari-hari dengan sederhana namun penuh makna, seperti kenangan lezatnya pecel lele dan ayam dari Lamongan. Spanduk pecel Lamongan tak disangka punya makna mendalam bagi masyarakatnya. (CNN Indonesia/M. Andika Putra) | (end) Let's block ads! (Why?) September 29, 2018 at 07:24AM via CNN Indonesia https://ift.tt/2Ird5y7 |
No comments:
Post a Comment